Rabu, 10 Februari 2010
Diposting oleh
Chenuls
di
16.25
Sahabat buat Amel
Berawal dari sebuah bimbingan belajar yang di ikuti oleh Pipit. Ia bertemu dengan seseorang yang selalu mengejeknya.
Setiap jum’at sore Pipit mengayuh sepedanya menyusuri jalan untuk pergi ke tempat les.
“Selamt sore semua……” sapa Pipit
“Selamat sore juga pit….” Sahut teman – temannya
“Si gendut berangkat juga! aduh, kelas jadi sempit, abis si gendut badannya besar bangt.” Sahut Amel
“Bisa ngak sih kamu bicara tanpa menyinggung perasaan orang lain”
“Nggak bisa! Kenapa”
“Kalau begitu ngak usah ngomong aja kamu, dari pada membuat sakit hati orang yang kamu ajak bicara.” Jawab Pipit.
“Ini anak crewet banget, mau kamu apa sih?”
Pipit hanya diam, ia sadar kalau di teruskan pertengkaran itu tidak akan selesai.
Minggu berikutnya Amel tidak berangkat les. Pipit tidak merasa heran dengan tidak datangnya Amel. Setelah lebih dari 1 bulan Amel tidak pernah berangkat les Pipit merasa heran.
Tanpa diduga saat pulang sekolah Pipit bertemu dengan Amel. Amel memberi senyuman kepada Pipit dan menyapa dengan sangat ramah. Pipit merasa janggal dengan sikap Amel.
“Pit, ikut pulang dengan ku saja. Nanti aku antar sampai rumah” Pinta Amel sambil membuka pintu mobilnya.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Pipit memustuskan untuk pulang bersama Amel. Di jalan mereka ngobrol dengan santai.
Pipit terus bertanya – tanya tentang perubahan sikap Amel yang begitu drastis.
Hari – hari terus berlalu, Amela dan Pipit semakin akrab. Mereka sering bermain dan belajar bersama. Akan tetepi Pipit sering melihat Amel melamun. Rasa penasaran Pipit tak biasa tertahan lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepa Amel.
“Mel, boleh ngak aku tanya sesuatu?” Tanya Pipit
“Selama aku bisa menjawab, kenap tidak” jawab Amel.
“Dulu kamu pernah ngak berangkat les lebih dari sebulan itu kenapa sih?”
“owh itu, aku dulu sedang sakit. Aku harus istirahat total.”
“Terus kenapa kamu baik sama aku, padahal dulu kamu ngak suka sama aku, dan mengapa kau serign sekali melamun?”
“Aku minta maaf pit, aku dulu suka marah – marah sama kamu. Waktu sakit kemarin aku merenung dan menyadari bahwa aku telah menyakiti hati banyak orang, salah satunya kamu. Aku ingin merubah sikapku, aku ingin jadi anak yang baik, ngak suka sewenang – wenang sama orang lain. Aku ingin punya sahabat put, sahabat yang bisa ku ajak berbagi pengalaman. Selama ini aku merasa kesepian. Itulah yang menyebabkan aku sering melamun. Kedua orang tuaku sibuk bekerja, sedangkan kakakku kuliah di luar kota. Kamu mau kan put, jadi sahabatku?”
“Pasti aku mau…aku akan setia mendengar ceritamu”
Pipit mengerti akan keadaan Amel yang kesepian dan tak mempunyai teman untuk berbagi cerita. Ia ingin membantu Amel. Agar Amel merasa bahwa ia masih mempunyai sahabat yang selalu ada untuknya.
Berawal dari sebuah bimbingan belajar yang di ikuti oleh Pipit. Ia bertemu dengan seseorang yang selalu mengejeknya.
Setiap jum’at sore Pipit mengayuh sepedanya menyusuri jalan untuk pergi ke tempat les.
“Selamt sore semua……” sapa Pipit
“Selamat sore juga pit….” Sahut teman – temannya
“Si gendut berangkat juga! aduh, kelas jadi sempit, abis si gendut badannya besar bangt.” Sahut Amel
“Bisa ngak sih kamu bicara tanpa menyinggung perasaan orang lain”
“Nggak bisa! Kenapa”
“Kalau begitu ngak usah ngomong aja kamu, dari pada membuat sakit hati orang yang kamu ajak bicara.” Jawab Pipit.
“Ini anak crewet banget, mau kamu apa sih?”
Pipit hanya diam, ia sadar kalau di teruskan pertengkaran itu tidak akan selesai.
Minggu berikutnya Amel tidak berangkat les. Pipit tidak merasa heran dengan tidak datangnya Amel. Setelah lebih dari 1 bulan Amel tidak pernah berangkat les Pipit merasa heran.
Tanpa diduga saat pulang sekolah Pipit bertemu dengan Amel. Amel memberi senyuman kepada Pipit dan menyapa dengan sangat ramah. Pipit merasa janggal dengan sikap Amel.
“Pit, ikut pulang dengan ku saja. Nanti aku antar sampai rumah” Pinta Amel sambil membuka pintu mobilnya.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Pipit memustuskan untuk pulang bersama Amel. Di jalan mereka ngobrol dengan santai.
Pipit terus bertanya – tanya tentang perubahan sikap Amel yang begitu drastis.
Hari – hari terus berlalu, Amela dan Pipit semakin akrab. Mereka sering bermain dan belajar bersama. Akan tetepi Pipit sering melihat Amel melamun. Rasa penasaran Pipit tak biasa tertahan lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepa Amel.
“Mel, boleh ngak aku tanya sesuatu?” Tanya Pipit
“Selama aku bisa menjawab, kenap tidak” jawab Amel.
“Dulu kamu pernah ngak berangkat les lebih dari sebulan itu kenapa sih?”
“owh itu, aku dulu sedang sakit. Aku harus istirahat total.”
“Terus kenapa kamu baik sama aku, padahal dulu kamu ngak suka sama aku, dan mengapa kau serign sekali melamun?”
“Aku minta maaf pit, aku dulu suka marah – marah sama kamu. Waktu sakit kemarin aku merenung dan menyadari bahwa aku telah menyakiti hati banyak orang, salah satunya kamu. Aku ingin merubah sikapku, aku ingin jadi anak yang baik, ngak suka sewenang – wenang sama orang lain. Aku ingin punya sahabat put, sahabat yang bisa ku ajak berbagi pengalaman. Selama ini aku merasa kesepian. Itulah yang menyebabkan aku sering melamun. Kedua orang tuaku sibuk bekerja, sedangkan kakakku kuliah di luar kota. Kamu mau kan put, jadi sahabatku?”
“Pasti aku mau…aku akan setia mendengar ceritamu”
Pipit mengerti akan keadaan Amel yang kesepian dan tak mempunyai teman untuk berbagi cerita. Ia ingin membantu Amel. Agar Amel merasa bahwa ia masih mempunyai sahabat yang selalu ada untuknya.